Thursday, February 18, 2016

PENUNGGANG KUDA (Horseman)



Beberapa tahun yang lalu, di bagian utara Virginia, petang itu udara sangat dingin. Jenggot lelaki itu ditutupi salju musim dingin ketika menunggu tumpangan untuk menyeberangi sungai. Sebuah penungguan tanpa akhir. Dingin angin utara membuatnya kaku dan mati rasa. Tiba-tiba di jalan yang membeku itu terdengar samar-samar suara derap kaki kuda mendekat.

Dengan gelisah ia melihat beberapa penunggang kuda muncul dari tikungan jalan. Ia membiarkan 

kuda pertama lewat tanpa berusaha menarik perhatian penunggangnya. Kemudian penunggang berikutnya ... dan berikutnya ... akhirnya penunggang terakhir mendekati ia duduk seperti patung salju. Ketika kuda itu dekat, ia melihat pandangan mata penunggang lalu berkata, "Tuan, maukah engkau memberi tumpangan kepada orang tua ini ke seberang sana? Kelihatannya, aku tak mungkin menyeberanginya dengan berjalan kaki."

Si penunggang menarik kendali kudanya lalu menjawab, "Tentu, naiklah!" Mengetahui orang tua itu tidak mampu mengangkat tubuhnya sendiri yang setengah beku, ia lalu turun untuk membantunya naik ke punggung kuda. Si penunggang kuda ternyata tidak hanya menyeberangkan si orang tua tetapi bahkan mengantarkannya beberapa mil dari sungai.

Ketika mereka berdua mendekati pondok mungil yang nyaman, si penunggang kuda bertanya penasaran. "Pak, kuperhatikan kau membiarkan beberapa penunggang kuda lewat tanpa meminta tumpangan. Namun, ketika aku mendekat, tiba-tiba saja kau minta tolong. Mengapa engkau menunggu sampai penunggang yang terakhir? Padahal cuaca malam ini sangat dingin. Bagaimana kalau tadi aku menolak dan membiarkanmu di sana?"

Orang tua itu perlahan-lahan turun dari kuda lalu berkata, "Aku telah hidup di dunia cukup lama. Aku pikir aku bisa mengenali manusia dengan baik."

Ia lalu menatap tajam mata si penunggang kuda dan melanjukan, "Ketika para penunggang kuda itu lewat, aku melihat pandangan mata mereka tidak menampakkan kepedulian terhadap keadaanku. Namun, ketika kulihat pandanganmu, tampak jelas keramahan dan kasih sayang. Aku pun tahu bahwa jiwamu yang lembuyt pasti takkan melewatkan kesempatan untuk menolongku."

Ucapan orang tua itu menyentuh perasaan si penunggang kuda. "Aku sungguh merasa bersyukur dengan ucapanmu tadi," katanya kepada si orang tua. "Semoga aku tidak terlalu sibuk dengan urusanku sendiri sehingga lalai dengan kepentingan orang lain."


Setelah berkata demikian, Thomas Jefferson (Presiden Amerika yang ke-3. Lahir 13 April 1743) membalikkan kudanya dan di kemudian hari ia berhasil berkantor di Gedung Putih.

(Author Unknown)

No comments:

Post a Comment

MENGHERANKAN BUKAN?

 Meurnut penielitan Unisvetrias Cabmrigde, tak jdai saol baaigmnaa urtuan hruuf dlaam sutau ktaa, ynag pialng petning adlaah huurf petrama ...