Wednesday, February 17, 2016

LOPER KORAN (Paper Route)



Empat puluh tahun adalah waktu yang cukup lama untuk mengingat nama seorang wanita tua yang menjadi langgananku. Namun peristiwa itu seolah-olah terjadi kemarin saja. Ia mengajarkan kepadaku sikap pemaaf yang suatu saat nanti hendak kuceritakan kepada orang lain.

Tahun 1954, ketika usiaku 12 tahun, aku menjadi pengantar koran di Marinette, Wisconsin. Sabtu siang, aku dan seorang temanku melemparkan batu ke atap rumah wanita tua itu dari persembunyianku di halaman belakang rumahnya. Tujuan permainan ini adalah agar kita dapat melihat bahwa batu berubah seperti rudal ketika menggelinding ke pinggir atap rumah lalu jatuh ke halaman seperti komet jatuh dari langit.

Aku menemukan batu yang halus permukaannya lalu kukirimkan ke udara. Batu itu terlalu licin sehingga ketika kulemparkan sedikit meleset dan meluncur kearah jendela kecil serambi belakang. Terdengar suara kaca pecah, kami segera kabur dari halaman belakang rumah wanita tua itu, lebih cepat dari rudal-rudal yang tadi kami luncurkan.

Malam itu aku diliputi rasa takut terlangkap, tapi beberapa hari kemudian, setelah tidak ada orang lain yang tahu, justru timbul perasaan bersalah di hatiku.

Hari-hari berikutnya ia tetap menyapaku dengan senyuman setiap kali aku menyerahkan koran. Namun, sikapnya itu membuatku merasa gerah. Lalu kuputuskan untuk menabung penghasilanku, dan dalam tiga minggu aku telah berhasil mengumpulkan 7 dolar. Menurut perhitunganku, uang itu cukup untuk memperbaiki kaca jendelanya.

Setelah hari gelap, aku menyelinap ke rumah wanita tua itu lalu menyisipkan amplop ke lubang surat di pintu rumahnya. jiwaku merasa bebas sekarang, aku tak sabar untuk menatap mata wanita tua itu dengan perasaan bebas, tak tertekan seperti biasanya.

Hari berikutnya, kuserakan koran kepadanya sambil membalas senyumnya yang hangat. Dia mengucap terima kasih atas korannya dan berkata. "Nih, aku punya sesuatu untukmu."

Aku diberi sekantong kue. Aku mengucap terima kasih. Kemudian sambil mengantar koran kerumah para langganan yang lain, aku menikmati kue pemberian wanita tua itu. Setelah makan kucabut, betapa kagetnya aku, ternyata kertas itu adalah amplopku yang berisi 7 dolar disertai catatan singkat: Aku bangga padamu.

(Author Unknown) 

No comments:

Post a Comment

MENGHERANKAN BUKAN?

 Meurnut penielitan Unisvetrias Cabmrigde, tak jdai saol baaigmnaa urtuan hruuf dlaam sutau ktaa, ynag pialng petning adlaah huurf petrama ...