Tuesday, March 1, 2016

SERIBU KELERENG (A Thousand Marbles)

kelereng, seribu kelereng


Beberapa minggu yang lalu, aku berjalan dengan malas-malasan ke dapur dengan secangkir kopoi panas di tangan kananku dan koran pagi di tangan kiriku. Sabtu yang bisa kulewatkan dengan kegiatan yang khas tiba-tiba menjadipelajaran tentang kehidupan yang jarang kuperoleh.

Sura radio kukeraskan agar aku dapat mendengarkan obrolan Sabtu pagi. Aku mendengar suara merdu dari seoarang lelaki tua. Tahu nggak, suaranya seperti suara seseorang yang ia sendiri pantas menjadi penyiar.

Ia berbicara tentang seribu kelereng kepada lelaki bernama Tom. Aku tergoda untuk duduk mendengarkan apa yang sedang ia bicarakan. 

"Well, Tom, kedengarannya kau sangat sibuk sekali dengan pekerjaanmu. Aku yakin mereka memberimu gaji besar. Tapi sayang kau harus begitu sering jauh dari keluargamu. Sulit mempercayai bahwa pemuda sepertimu harus bekerja 60 sampai 70 jam seminggu untuk mencukupi kebutuhan hidupmu. Sayang sekali kau tidak bisa hadir pada pertunjukkan tari anakmu."

Ia melanjutkan, "Aku akan bercerita kepadamu, Tom, tentang sesuatu yang membantuku memahami prioritas kegiatanku."

Ia lalu mulai menjelaskan teori  "seribu kelereng"-nya

"Suatu hari aku duduk dan melakukan sedikit hitung-menghitung. Rata-rata mumur 75 tahun. Aku tahu berapa orang hidup lebih lama dari itu, dan berapa orang lagi hidup kurang dari itu. Tapi secara rta-rata, manusia hidup sekitar 75 tahun. Nah, lalu aku kalikan 52 hasilnya adalah 3900, yaitu jumlah Sabtu yang bakal dilewati oleh rata-rata manusia selama hidupnya. Dengarkan Tom, aku hampir sampai pada bagian yang paling penting. Pikiran ini baru muncul dibenakku setelah umurku mencapai 55 tahun. Jadi pikiran ini muncul setelah aku hidup selama 2.860. Aku berpikir, kalau aku hidup sampai umur 75 tahun, berarti aku masih memiliki 1040 Sabtu untuk kunikmati. Aku lalu pergi ke toko mainan anak-anak untuk membeli 1040 kelereng. Untuk mendapatkan jumlah itu aku harus belanja ke tiga toko. Kelereng-kelereng itu kubawa pulang, kumasukkan dalam tas plastik besar yang transparan lalu kutaruh di sebelah radio di bengkelku. Setiap sabtu, kuambil satu kelereng dari tas plastik lalu kubuang. Aku menyadari bahwa dengan menyaksikan berkurangnya kelereng-kelereng itu, aku dapat memusatkan pikiran dan kegiatanku pada hal-hal yang penting dalam hidupku. Tak ada yang lebih hebat daripada menyaksikan umurmu di bumi ini sedikit demi sedikit habis. Nah, sekarang kuberi tahu kau, sebelum aku mengakhiri acara obrolan ini dan pergi bersama istriku yang cantik untuk sarapan pagi. Tadi pagi aku telah membuang kelereng terakhir yang ada di plastik transparan itu. Kupikir, apabila aku hidup sampai Sabtu yang akan datang berarti aku dikarunia sedikit waktu tambahan. Waktu tambahan adalah sesuatu yang kita semua selalu dapat memanfaatkannya. Senang sekali berbicara denganmu Tom, kuharap kau dapat melewatkan waktumu lebih banyak bersama orang-orang yang kau cintai, dan kuharap aku dapat bertemu denganmu lagi suatu hari nanti. Selamat menikmati pagi yang indah ini!"

Saat itu, ketika lelaki tua itu selesai berbicara, kau dapat mendengar suara jarum jatuh. Bahkan moderator obrolan pagi membisu beberapa saat. Kupikir lelaki itu telah memberi kita banyak hal untuk direnungkan.

Tadinya pagi itu aku berencana untuk melakukan beberapa pekerjaan lalu pergi ke tempat olah raga. Namun, aku naik ke loteng, membangunkan istriku dengan ciuman.

"Bangun, sayang!  Aku akan mengajakmu dan anak-anak makan pagi di luar."

"Ada apa ini?" tanya istriku tersenyum.

"Tidak ada yang istimewa. Kan sudah lama kita tidak melewatkan hari Sabtu bersama anak-anak," jawabku. "Oh ya.... bisakah kita nanti mampir ke toko mainan anak-anak, aku hendak membeli kelereng." 

(Author Unknown)

Monday, February 29, 2016

POHON PERMASALAHAN (Trouble Tree)

pohon permasalahan,  cerita pohon


Tukang kayu yang kugaji untuk memperbaiki rumah pertanian baru saja menyelesaikan hari pertamanya yang melelahkan. Ban mobilnya yang bocor membuatnya kehilangan 1 jam kerja, gergaji listriknya macet, dan sekarang mobil tuanya mogok, tidak bisa dijalankan. 

Aku lalu mengantarkannya pulang dengan mobilku. Ia duduk mematung dan membisu. Sesampainya di halaman rumahnya, ia mengajakku masuk untuk bertemu dengan keluarganya. Ia berjalan menuju pintu dekat rumahnya, tapi kemudian ia berhenti sejenak di dekat sebuah pohon kecil, lalu menyentuh ujung cabang-cabang pohon itu dengan kedua tangannya. 

Setelah itu ia mengalami perubahan yang menajubkan. Ketika membuka pintu rumah, mukanya yang kecoklatan karena terik matahari sekarang dihiasi senyum. Ia memeluk kedua anaknya yang masih kecil lalu mencium istrinya. 

Ketika aku hendak pulang, ia mengantarku ke mobil. Kami melewati lagi pohon kecil itu. Aku merasa sangat penasaran lalu bertanya kepadanya tentang apa yang tadi ia lakukan. 

“Oh, ini adalah pohon permasalahanku,” jawabnya. “Dalam bekerja, aku tidak bisa menghindar dari berbagai permaslahan. Namun, aku berkenyakinan, bahwa persoalanku tidak boleh menjadi persoalan istri dan anak-anakku. Karenanya, setiap kali pulang kerja, aku gantungkan semua persoalanku di pohon ini, dan mengambilnya kembali esok hari. “Anehnya,” katanya sambil tersenyum, “Setiap ku ambil lagi, permasalahan itu tampak jauh lebih mudah diatasi dibandingkan ketika kugantungkan di malam hari.”

(Author Unknown)

KELEDAI (The Donkey)

keledai dalam sumur



Keledai seorang petani terperosok dalam sumur. Binatang itu menjeri-jerit dengan suara yang memilikukan selama berjam-jam semetara si petani memeras otak untik menolongnya, akhirnya, ia memutuskan untuk menguburnya saja, karena disamping keledai itu sudah tua, sumur itu pun memang sudah layak untuk di tutup.

Ia kemudian mengundang tetangga-tetangganya untuk datang membantu, ,ereka semua membawa sekop dan mulai menyekop tanah, Lumpur dan kotoran lalu membuangnya kedalam sumur.


Si keledai menyadari apa yang akan menimpa dirinya. Ia lalu menjerit-jerit ketakuatan. Namun, orang-orang yang di atas merasa heran karena tiba-tiba saja keledai itu berhanti menjerit-jerit. Berapa sekop berikutya si petani melongok ke bawah dan merasa takjub menyaksikan apa yang dilihatnya; setiap kali lumper dan kotoran jatuh menimpa penggungnya, keledai itu mengibaskan tubuhnya sehinggga kotoran itu jatuh lalau melangkah ke atas kotoran dan Lumpur yang di jatuhkan oleh para petani. Para tetangga petani it uterus membuang tanah, Lumpur dan tanah kepunggung keledai untuk menguburnya, dan si keledai tersu mengibaskan kotoran-kotoran itu lalu melangkah ke atasnya, tak lam kemudian si keledai dpaat melangkah kemulut sumur lalau belari keluar.

                                                                            ******

Kehidupan ini akan menyekop dan melemparkan kotoran kepadamu : semua jenis kotoran. Cara keluar dair sumur kesulitan itu adlaah dengan mengibaskan kotoran itu dan melangkah ke atasnya. Setiap kesulitan yang kamu hadapi adalah batu lompatan. Kita dapat keluar dir sumur yang paling dalam bukan berhaenti berusaha, atau menyerah tetapi dengan cara mengatasi problem dan melangkah ke atasnya.

(Author Unknown)

AKU BERSYUKUR ATAS.... (I Am Thankful For)

syukur, sujud syukur, thankful for


Atas suami/istriku yang selalu menguasai selimut setiap malam, sebab itu ia tidak berada di luar bersama orang lain. 

Atas anak remajaku yang tidak mau mencuci piring kotor tapi malah melihat TV, sebab itu berarti ia di rumah, tidak di jalanan. 

Atas pajak yang kubayar, sebab itu berarti aku punya pekerjaan, tidak menganggur. 

Atas barang-barang yang kotor dan berantakan setelah pertemuan, sebab itu berarti aku baru saja dikelilingi oleh teman-teman dan orang yang kucintai. 

Atas pakaian yang agak sempit, sebab itu berarti aku punya cukup makanan. 

Atas bayangan yang menyaksikanku pergi kerja, sebab itu berarti aku bisa menikmati cahaya matahari. 

Atas rumput yang harus dipangkas, jendela yang harus dibersihkan, dan talang yang harus diperbaiki, sebab itu berarti aku punya rumah. 

Atas semua protes kepada pemerintah, sebab itu berarti kita punya kebebasan mengutarakan pendapat. 

Atas tempat parkir yang jauh, sebab itu aku mampu berjalan kaki, dan memiliki kendaraan. 

Atas tagihan pemanas rumah yang tinggi, sebab itu berarti aku menikmati kehangatan rumah. 

Atas tumpukan pakaian kotor yang harus dicuci dan disetrika, sebab itu berarti aku bisa bekerja keras. 

Atas keterlambatanku bangun tidur karena alarm tidak bekerja, sebab itu berarti aku masih hidup.

(Author Unknown)


Sunday, February 28, 2016

SEGENAP KEKUATANMU (All Of Your Strength)

kekuatan, segenap kekuatan


Seorang lelaki bersama anaknya umur 10 tahun mendaki gunung. Si anak berhenti untuk mengamati batu yang berukuran sedang yang terletak di tengah jalan. 

“Ayah, bagaimana pendapatmu, mampukah aku menggeser batu itu?” 

Ayahnya melihat batu itu lalu berkata, “Ya, asal kau gunakan segenap kekuatan yang kau miliki, kau pasti mampu menggesernya.” 

Si anak lalu memasang kuda-kuda dan mendorong batu itu dengan segeap tenaga, tetapi batu itu bergeming. 

“Ahh… ternyata perkiraanmu keliru, Yah, aku tidak bisa menggeser batu itu,” kata anaknya. 

“Tidak Nak, aku tidak keliru. Aku tadi berkata, kau dapat menggesernya bila menggunakan segenap kekuatan yang kau miliki. Namun, kau tidak menggunakan semua kekuatanmu; kau tidak meminta bantuanku.”

(Author Unknown)

ORANG PALING KAYA (Richest Man In The Valley)

orang kaya


Seorang tuan tanah kaya bernama Carl sering mengendarai kuda mengelilingi perkebunannya yang amat luas dan mengagumi dirinya sendiri atas kekayaannya yang luar biasa. 

Suatu hari ketika sedang mengendarai kuda kesanyangannya ia bertemu Hans, petani tua penyewa tanahnya yang sedang duduk di bawah pohon.

“Sedang apa kau?” tanya Carl.

“Aku sedang bersyukur kepada Tuhan atas makanan yang diberikan-Nya kepadaku,” jawab Hans.

“Kalau hanya makanan seperti itu, aku tak perlu harus bersyukur kepada Tuhan,” sanggah Carl. 

“Tuhan telah memberiku semua yang kubutuhkan, dan aku merasa bersyukur.” Petani itu kemudian menambahkan, “Aneh sekali kau mampir kemari hari ini. Sebab, tadi malam aku bermimpi, ada suara yang memberitahuku bahwa nanti malam, orang paling kaya di lembah ini akan meninggal dunia. Aku tidak tahu maksud mimpi itu, tapi rasanya aku harus memberitahumu.”

Carl mendengus lalu berkata, “Semua mimpi itu bohong.” Kemudian ia mencoklang kudanya.

Ucapan Hans tadi terus menerus terniang di telinganya. “Orang paling kaya di lembah ini akan mati malam ini.” Jelas sekali bahwa orang paling kaya di lembah ini adalah dia. Malam itu ia mengundang dokter pribadinya, dan menceritakan kepadanya apa yang dikatakan oleh Hans.

Setelah meneliti benar-benar kesehatannya, dokter berkata kepada tuan tanah yang kaya itu, “Pak Carl, Anda sekuat dan sesehat seekor kuda. Tak ada alasan bagimu untuk mati malam ini.”

Meskipun demikian, untuk meyakinkannya, dokter itu tetap tinggal di rumahnya sepanjang malam sambil bermain kartu. Keesokan harinya Carl minta maaf kepada dokter atas kekhawatirannya pada mimpi petani tua itu. Dokter pun kemudian meninggalkan rumahnya.

Kira-kira jam 09:00, seorang pesuruh datang ke rumah Carl. “Ada berita apa?” tanya Carl.

“Ini tentang pak tua Hans,” kata orang itu. “Ia meninggal dunia dalam tidurnya tadi malam.”

(Author Unknown)

KEBERSAMAAN (How Much Do You Make In An Hour?)

kebersamaan, ayah dan anak


Seorang anak bertanya kepada ayahnya, “ Ayah, berapa penghasilanmu 1 jam?”

Mendengar pertanyaan ini sang ayah marah lalu berkata dengan kasar , “Jangan ganggu aku!”

Sang ayah baru saja pulang dari kerja dalam keadaan capai dan wajah muram .
Namun, anaknya bersikeras dengan pertanyaannya. “Ayah berapa penghasilanmu, tolong jawab... !”

Dengan suara yang tidak mengenakan dia menjawab, “ Delapan dolar satu jam.”

“Ayah boleh tidak, aku pinjam 4 dolar?”

“Aku sudah berkata, jangan ganggu aku! Diam dan pergilah ke kamarmu! “ bentak ayahnya.

Memasuki saat tidur malam, sang ayah sudah merasa agak tenang. Ia menyesali perbuatannya tadi, lalu ia pergi ke kamar anaknya.

“Kau sudah tidur?”, tanya ayahnya.
Ia lalu memberi anaknya 4 dolar yang tadi hendak dipinjamnya. Anaknya mengucapkan terima kasih, lalu menyisipkan tangannya ke bawah bantal dan mengeluarkan dari bawahnya uang 4 dolar yang tampak kusut.


“Sekarang aku punya 8 dolar! Ayah , bolehkah aku membeli satu jam saja dari waktumu?”

(Unknown Author)

WANITA YANG BERUNTUNG [Lucky Lady]


wanita beruntung, lucky lady



Suasana pagi itu sangat sibuk. Jam menunjukkan pukul 8:30 ketika seorang lelaki tua umur 80-an masuk untuk meminta agar jahitan di ibu jarinya dilepas. Ia berkata bahwa ia sedang terburu-buru karena ada janji pukul 9:00. Aku memahami gelagatnya lalu memintanya untuk duduk. Aku tahu pekerjaan ini akan memakan waktu lebih dari satu jam sebelum orang lain bisa menemuinya.

Aku perhatikan ia melihat jamnya lalu memutuskan untuk dilepas jahitannya. Karena saat itu aku sedang tak sibuk dgn pasien-pasien lain, maka kuteliti luka di ibu jarinya. Ternyata lukanya telah sembuh dengan baik, lalu kukatakan kepada salah seorang dokter apa yg hendak kulakukan. Aku lalu menyiapkan peralatan & barang-barang yang kuperlukan untuk melepas jahitan dan membalut lukanya.

Sambil merawat lukanya aku terlibat dalam pembicaraan dengannya. Aku bertanya apakah pagi ini ia punya janji dengan salah seorang dokter di sini karena ia tampak begitu terburu-buru. Ia menjawab tidak, ia harus pergi ke rumah perawatan (nursing home) untuk sarapan bersama istrinya. Aku lalu bertanya tentang keadaan istrinya. Ia berkata bahwa istrinya menderita Alzheimer dan belum lama dirawat di tempat itu.

Sambil mengobrol, kuselesaikan balutan di ibu jarinya. Aku bertanya apakah istrinya akan merasa khawatir bahwa hari ini ia agak terlambat. Ia menjawab bahwa istrinya sudah lima tahun tidak lagi mengenalinya. Aku merasa terkejut dan bertanya, “Apakah kau pergi ke sana setiap hari meski istrimu sudah tidak mengenalimu?”

Ia tersenyum, menepuk tanganku lalu berkata, “Benar ia tidak mengenaliku, tapi aku kan mengenalinya!”

Aku harus menahan tangis haruku ketika ia pergi. Aku merenung, “Ini adalah jenis cinta yang kuharapkan dalam hidupku.”

Sungguh istrinya adalah wanita yang beruntung.  Seharusnya kita semua memiliki cinta semacam ini.  Cinta sejati tidak bersifat jasmani, dan tak pula hanya bersifat romantis. Cinta sejati adalah kesediaan untuk menerima apa adanya, dan kerelaan untuk menerima apa yang telah, apa yang akan dan apa yang tidak akan terjadi.

Sahabat yang baik seperti bintang di langit.  Kau tidak dapat selalu melihatnya, namun kau tahu bahwa mereka ada di luar sana.

(Unknown Author)

CINTA, SUKSES DAN KAYA (3 Men)

cinta, sukses, kaya


Seorang wanita yang keluar rumah mendapati di halaman depan ada tiga kakek berjenggot putih dan panjang.

“Saya kira, saya tidak kenal kalian, tapi kalian pasti lapar. Silakan masuk untuk makan,” kata wanita itu.

“Apakah suamimu dirumah?” tanya meraka.

“Tidak” jawab wanita itu, “Ia sedang keluar”.

“Kalau demikian kami tidak bisa masuk” kata mereka.

Ketika hari telah sore dan suaminya telah datang, wanita itu bercerita kepadanya tentang apa yang terjadi di rumahnya.

“Beritahu mereka, aku telah datang dan mereka dipersilakan masuk,” kata suaminya.

Wanita itu lalu keluar untuk mengundang mereka.

“Kami tidak masuk rumah bersama-sama,” jawab mereka.

“Mengapa demikian?” tanya wanita itu.

Salah seorang dari mereka berkata, “nama dia KAYA,” katanya sambil menunjuk salah seorang temannya, lalu ia menunjuk temannya yang lain, “nama dia SUKSES, dan aku sendiri bernama CINTA”

Ia kemudian melanjutkan, “Nah, sekarang bicarakan dengan suamimu, siapa di antara kita yang akan kalian undang ke dalam rumah kalian”.

Wanita itu masuk lagi lalu menceritakan kepada suaminya pembicaraan mereka. Suaminya merasa heran, “wow…, alangkah anehnya. Kalau demikian, marilah kita undang KAYA.
Biarkan dia masuk dan mengisi rumah kita dengan kekayaan”.

Tapi istrinya tidak setuju.

“Sayang… mengapa tidak kita undang SUKSES?” kata istrinya.

Menantu perempuan mereka yang sejak tadi mendengarkan dari sudut rumah mengusulkan, “Apakah tidak lebih baik kita undang CINTA? rumah kita nanti akan dipenuhi oleh cinta”

“Benar! Mari kita ikuti saran menantu kita,”kata sang suami kepada istrinya. “Panggilah cinta untuk menjadi tamu kita”.

CINTA bangun dan berjalan ke arah rumah. Kedua orang tua yang lain bangkit mengikuti CINTA. Merasa heran, wanita itu bertanya kepada KAYA dan SUKSES, “Aku hanya mengundang CINTA, mengapa kalian berdua ikut masuk?”

Mereka berkata “ Kalau kau mangundang KAYA atau SUKSES, maka dua orang dari kami akan tetap tinggal di luar. Tetapi karena kau mengundang CINTA, kemana pun ia pergi, kami berdua selalu mengikutinya.”

(Author Unknown)

BERPIKIR POSITIF (A Lesson In Life)

berpikir positif, positif thinking


Michael adalah sejenis makhluk yang sulit untuk dibenci. Ia selalu ceria, selalu memiliki ucapan yang positif. Apabila seseorang menanyakan kabarnya, ia akan menjawab, "Kalau keadaanku lebih baik dari sekarang, maka aku pasti saudara kembarnya."

Ia adalah seorang pemberi motivasi alami. Apabila ada karyawan mengalami kesusahan, Michael selalu ada di sana untuk memberi tahu cara melihat sisi positif dari situasi yang sedang dihadapinya.

Melihat sikapnya ini, aku jadi penasaran. Suatu hari aku mendatanginya dan bertanya, "Aku tidak mengerti, kau tidak mungkin dapat bersikap positif setiap saat! Bagaimana kau bisa selalu bersikap demikian?"

"Setiap bangun pagi, aku berkata kepada diriku sendiri; Kau punya dua pilihan hari ini; kau memilih untuk bersikap ceria atau bermuram hati, lalu aku memilih untuk bersikap ceria. Setiap kali sesuatu yang buruk terjadi, aku dihadapkan pada dua pilihan; menjadi korban atau menjadi orang yang belajar dari kejadian itu, lalu aku memilih untuk belajar dari kejadian itu. Setiap kali orang datang kepadaku mengadu, aku bisa memilih untuk menerima pengaduannya atau aku dapat menunjukkan sisi positif kehidupan, lalu aku memilih sisi positif kehidupan," jawab Michael.

"Oke, tapi itu tidak sedemikian mudah untuk dilakukan," protesku.

"Memang demikian," jawab Michael. "Hidup penuh dengan pilihan-pilihan. Kau punya pilihan untuk bereaksi terhadap situasi yang kau hadapi. Kau juga bisa memilih bagaimana orang akan mempengaruhi keadaan hatimu. Pendeknya, bagaimana kau akan menjalani hidupmu, itu bergantung pada pilihanmu."

Kurenungkan ucapan Michael ini. Tak lama setelah itu aku keluar dari The Tower Industry dan memulai usahaku sendiri. Kami tidak pernah berhubungan lagi, tapi aku sering mengingatnya ketika harus mengambil keputusan dalam hidup ini. Beberapa tahun kemudian, aku mendengar bahwa Michael mengalami kecelakaan parah. Ia jatuh dari menara komunikasi yang tingginya kurang lebih 60 kaki. Setelah dioperasi selama 18 jam, dan dirawat secara intensif selama berminggu-minggu, Michael akhirnya dibolehkan pulang ke rumah dengan beberapa pen di punggungnya.

Aku menemui Michael kurang kebih 6 bulan setelah kecelakaan itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanyaku.

"Kalau keadaanku lebih baik dari sekarang, maka aku pasti saudara kembarnya," jawabnya. "Mau lihat lukaku?"

Aku menolak untuk melihat lukanya, tapi kutanya dia tentang apa yang terlintas di pikirannya ketika kecelakaan itu terjadi.

"Pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah keadaan calon cucu yang masih dalam kandungan anak perempuanku," kata Michael. "Lalu ketika masih terbujur di tanah, aku ingat bahwa aku punya dua pilihan, mati atau hidup. Lalu aku memilih untuk terus hidup."

"Tidakkah kau merasa takut? Apakah kau kehilangan kesadaranmu?" aku bertanya.

"Para dokter menanganiku dengan baik," kata Michael melanjutkan. "Mereka terus menerus meyakinkanku bahwa keadaanku akan membaik. Mereka menempatkanku dalam ruangan UGD. Setelah memperhatikan ekspresi di muka para dokter dan perawat, kau menjadi benar-benar takut. Dalam pandangan matanya kubaca kalimat : Dia akan mati. Lalu aku sadar bahwa aku harus berbuat sesuatu."

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku.

"Ada seorang perawat yang besar dan tegap meneriakkan pertanyaan kepadaku apakah aku alergi pada sesuatu. Kujawab, 'Ya.' Para dokter dan perawat tertegun menunggu jawabku. Aku menarik nafas panjang lalu kukatakan, 'Gravitasi.' Sementara mereka semua tertawa, aku berkata kepada mereka, 'Aku memilih untuk hidup. Lakukan operasimu dengan keyakinan bahwa aku akan hidup.'."

Michael hidup berkat keahlian para dokter yang menanganinya dan juga berkat sikapnya yang mengagumkan. Aku belajar darinya bahwa setiap hari kita memiliki pilihan untuk hidup. Sikap hidup adalah segalanya. Karena itu jangan risaukan hari esok, karena esok akan merisaukan dirinya sendiri. Ketahuilah, hari ini adalah hari esok yang kau risaukan kemarin.

(Author Unknown)

NILAI SEBUAH WAKTU

stopwatch, nilai waktu


Untuk memahami nilai SATU TAHUN, tanyalah kepada murid yang tidak naik kelas.

Untuk memahami nilai SATU BULAN, tanyalah kepada ibu yang melahirkan bayi prematur.

ntuk memahami nilai SATU MINGGU, tanyalah kepada editor sebuah koran mingguan.

Untuk memahami nilai SATU JAM, tanyalah seseorang yang hendak ditemui kekasihnya.

Untuk memahami nilai SATU MENIT, tanyalah kepada orang yang ketinggalan kereta api.

Untuk memahami nilai SATU DETIK, tanyalah kepada orang yang lolos dari kecelakaan.

Untuk memahami nilai SATU MILIDETIK, tanyalah kepada orang yang memenangkan medali perak dalam olimpiade.

Hargailah setiap detik yang kau miliki !!! Ingatlah, waktu tidak menunggu siapa pun. Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, hari ini adalah karunia.

 (Author Unknown)

AKU ADALAH PUSAT JAGAD RAYAKU (I am the center of my universe)

aku pusat jagad raya


Aku tidak hidup di sini sendiri Setiap gerakan yang kubuat
menimbulkan riak di samudra orang lain
Setiap nafas yang kutarik mempengaruhi udara di sekelilingku. Setiap kata yang kuucapkan didengar orang.


Apa yang kusentuh akan dirasakan orang lain
Apa yang kulakukan akan mempengaruhi orang lain.
Apa yang tidak kulakukan
juga akan berpengaruh pada orang lain

Kita tidak pernah tahu
sejauh mana jangkauan kata yang kita ucapkan
atau perbuatan yang kita lakukan sampai
pengaruhnya kembali kepada kita


Dan memang selalu demikian SEMUA HAL DALAM KEHIDUPAN MEMBENTUK LINGKARAN baik kita melihatnya atau tidak 

(Author Unknown)

Saturday, February 27, 2016

RACUN (Poison)

racun, poison



Dahulu kala di negeri Cina, seorang gadis bernama Li-Li menikah lalu hidup bersama suami dan ibu mertuanya. Belum lama tinggal di rumah itu, Li-Li telah merasa bahwa ia sama sekali tidak bisa akur dengan ibu mertuanya. Mertuanya mempunyai watak sangat berbeda, banyak kebiasaannya yang menjengkelkan Li-Li, belum lagi ia selalu mencela Li-Li.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan Li-Li dan mertuanya selalu terlibat dalam perdebatan dan permusuhan. Dan yang membuat keadaan semakin buruk adalah, menurut tradisi Cina, Li-Li harus membungkukan badan kepada ibu mertuanya dan mena’ati kehendaknya. Semua amarah dan ketidakbahagiaan di rumah tangga membuat suami Li-Li menjadi tertekan.

Akhirnya Li-Li tidak sanggup lagi menghadapi watak buruk dan sifat diktator ibu mertuanya. Ia memutuskan untuk berbuat sesuatu. Kemudian pergilah ia menemui tuan Huang, sahabat baik ayahnya, yang pekerjaannya menjual berbagai ramuan tradisional. Ia menceritakan masalah yang dihadapinya dan memohon kiranya boleh meminta racun sehingga ia bisa menyelesaikan semua problem yang dihadapinya.

Tuan Huang berpikir sejenak lalu berkata, “Li-Li, aku akan membantumu, tapi kau harus menaati peintahku!”

“Baik, Tuan Huang, aku akan melakukan apa saja perintahmu,” jawab Li-Li

Tuan Huang pergi ke ruang belakang beberapa menit, kemudian muncuk dengan sebuah bungkusan di tangannya.

“Kau tidak boleh meggunakan racun yang keras untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena orang-orang nanti akan curiga. Ku beri kau beberapa ramuan yang perlahan-lahan akan menimbun racun di tubuhnya. Setiap hari siapkan masakan yang lezat, lalu masukkan sedikit ramuan ini ke dalam mangkuknya. Nah, agar tidak membuat orang lain curiga sepeninggalnya nanti, mulai sekarang mulailah bersikap manis kepadanya. Jangan berdebat lagi dengannya, taatilah segala perintahnya, dan perlakukan dia sebagai orang tuamu” Kata Tuan Huang.

Li-Li merasa sangat senang berterima kasih kepada Tuan Huang. Ia segera kembali ke rumah untuk mulai melaksanakan rencananya. Minggu berganti bulan, waktu terus berjalan dan tiap hari Li-Li menghidangkan makan khusus untuk ibu mertuanya. Ia ingat betul nasehat Tuan Huang agar tidak bertindak mencurigakan. Ia lalu mengendalikan amarahnya, mentaati mertuanya dan memperlakukannya seperti ibunya sendiri.

Setelah 6 bulan, keadaan rumah tangga mereka berubah. Li-Li selalu mengendalikan diri sehingga hampir tidak pernah marah atau jengkel lagi. Ia tidak pernah lagi berdebat, karena ibu mertuanya sekarang tampak lebih ramah dan mudah dilayani.

Sikap sang mertua terhadap Li-Li pun berubah, ia mulai menyayangi Li-Li seperti anak kandungnya sendiri. Ia selalu bekata kepada kerabat dan temannya bahwa Li-Li adalah menantu yang paling baik. Li-Li dan mertuanya; satu dengan lainnya, sekarang bersifat seperti anak dan ibu kandungnya sendiri. Suami Li-Li tentu saja merasa bahagia menyaksikan perubahan ini.

Suatu hari Li-Li menemui Tuan Huang untuk memohon pertolongannya lagi. “Tuan Huang yang saya hormati, tolong bantu aku untuk menyelamatkan mertuaku dari racun itu! Ia berubah menjadi wanita yang sangat baik. Aku sekarang mencintainya seperti ibuku sendiri. Aku tidak ingin dia mati karena racun yang ku berikan kepadanya.”
Tuan Huan tersenyum dan menganggukan kepalanya, “Li-Li, tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku tak pernah memberi racun. Ramuan yang ku berikan kepadamu adalah vitamin dan obat kuat untuk memperbaiki kesehatan mertuamu. Racun yang sebenarnya tersimpan dalam pikiran dan sikapmu terhadapnya. Namun, semua racun itu sekarang telah terkikis habis oleh kasih sayang yang kau berikan kepadanya.”


                                                                     ******

Pernahkah kau sadari bahwa bagaimana kau memperlakukan orang lain adalah bagaimana orang lain itu juga akan memperlakukanmu. Ada pepatah cina berbunyi: orang yang mencintai orang lain akan mendapatkan balasan cinta dari orang itu.

(Author Unknown)

PAKU DI PAGAR (Nail In The Fence)

paku di pagar, nail in the fence



Dahulu ada seorang gadis kecil berwatak buruk. Ibu gadis itu memberinya sekantung paku dan memerintahkannya untuk menancapkan paku itu pada bagian-bagian pagar setiap kali ia marah.

Pada hari pertama, gadis itu menancapkan 37 paku ke pagar. Beberapa minggu berikutnya, karena ia mulai bisa mengendalikan dirinya, jumlah paku yang ia tancapkan ke pagar semakin berkurang. Ia juga menyadari bahwa lebih mudah menahan amarah dari pada menancapkan paku ke pagar.

Akhirnya, tibalah saat gadis itu bisa menguasai dirinya dan tidak pernah marah lagi. Ia lalu menceritakan hal ini kepada ibunya. Ibunya menyarankan agar ia sekarang mencabut paku dari pagar setiap kali ia bisa menguasai amarahnya.

Setelah lewat beberapa hari, gadis itu melapor kepada ibunya bahwa paku-paku yang tertancap dipagar telah tercabut semua.
Sang ibu kemudian menggandeng tangan anaknya ke pagar lalu berkata, “ Kau sekarang telah berprilaku baik, Nak, tapi lihat lubang-lubang dipagar itu. Pagar itu tidak akan pernah sama seperti dahulu. Sewaktu kau marah-marah, kata-kata yang kau ucapkan menyebabkan persis seperti lubang-lubang dipagar ini.”

Kau dapat menusukkan pisau ke tubuh seseorang lalu mencabutnya. Tak jadi masalah beberapa banyak kau berkata: maafkan aku, tapi luka itu akan tetap ada di situ. Luka yang diakibatkan lisanmu sepedih luka tusukan itu.

Sesungguhnya, teman adalah mutiara yang sangat berharga. mereka membuatmu tersenyum, mendorongmu agar sukses, mendengarkan keluh kesahmu, mengucapkan pujian untukmu dan selalu berlapang dada terhadapmu.

                                                                      ******

Kau adalah sahabatku, dan aku merasa terhormat memiliki teman sepertimu. Tolong maafkan aku, bila aku pernah meninggalkan lubang di pagar hatimu.

(Author Unknown)

KELUARGA (Family)

keluarga, family


Aku menabrak seseorang yang tidak ku kenal yang sedang lewat, “Oh, maafkan aku.” Ia berkata, “Maafkan juga aku. Aku tidak melihatmu.”

Kami saling bersikap sopan; aku dan orang yang tidak kukenal itu. Kemudian kami saling mengucapkan selamat tinggal dan melanjutkan perjalanan.

Peristiwa di atas bila terjadi di rumah akan menjadi sangat berbeda. Renungkan bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita cintai; tua ataupun muda!

Masih di hari yang sama, malam itu aku memasak makan malam. Anak perempuanku diam-diam berdiri di sebelahku. Ketika berbalik, aku hampir saja menabraknya.

“Menyingkirlah kau,” bentakku sambil mengernyitkan alis.

Ia pun pergi dengan membawa luka di hati. Aku tidak sadar betapa aku telah berkata kasar kepadanya.

Malam itu ketika aku berbaring di tempat tidur, terdengar suara nuraniku, “Ketika berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, kau bersikap sangat santun. Tapi terhadap anakmu sendiri, kau berlaku kejam. Coba lihatlah di lantai dapur, kau akan mendapati beberapa kuntum bunga tergeletak dekat pintu. Itu adalah bunga yang akan diberikan kepadamu. Anakmu memetiknya sendiri: merah muda, kuning dan biru. Ia sengaja berdiam-diam di sebelahmu untuk memberi kejutan. Kau bahkan tidak melihat matanya yang basah berkaca-kaca”

Saat itu aku merasa sangat kerdil, dan air mataku mulai berjatuhan. Perlahan-lahan aku pergi ke kamarnya, lalu berlutut di dekat tempat tidurnya.

“Bangun anak kecil, bangunlah,” kataku lembut. “Apakah bunga-bunga ini kau petik untukku?”

Ia tersenyum, “Aku melihatnya di luar dekat pohon lalu memetiknya karena bunga-bunga itu sangat cantik seperti mama. Aku tahu mama pasti menyukainya, terutama yang biru.

“Anakku aku menyesal atas sikapku tadi. Tidak seharusnya aku berteriak kepadamu seperti itu,” kataku

“Tidak apa-apa, Mama. Aku tetap mencintai mama.”

“Anakkku, aku juga mencintaimu. Aku memang suka bunga-bunga itu, terutama yang berwarna biru.”


                                                                           ******


Sadarkah kau, apabila kita mati esok, perusahaan tempat kita bekerja dapat dengan mudah mencari penggganti kita dalam waktu beberapa hari saja. Namun, keluarga yang kita tinggalkan akan merasa kehilangan sepanjang hidup mereka, meski demikian, kita lebih banyak mencurahkan segenap  yang ada pada kita untuk pekerjaan, bukan untuk keluarga, Sungguh investasi yang tidak bijaksana.


pesan apa yang dapat kau tangkap di balik cerita ini?
tahukah kau kepanjangan dari kata fmilily (keluarga)?

FAMILY = (F)ather (A)nd (M)other (I) (L)ove (Y)ou


(Author Unknown)

WANITA LAIN (The Other Woman)

wanita lain, cerita wanita lain


Setelah menikah selama dua puluh satu tahun akhirnya ku temukan cara untuk menjaga agar cahaya cinta tetap bersinar.

Beberapa waktu yang lalu, aku keluar bersama wanita yang lain dari biasanya. Gagasan itu justru dari istriku sendiri.

“Aku yakin kau akan mencintainya,” kata istriku

Tapi aku mencintaimu,” protesku

“Aku tahu itu, tapi kau juga akan mencintainya.”

Sebenarnya wanita yang dimaksud istriku tidak lain adalah ibuku sendiri yang telah menjanda selama 19 tahun. Tuntutan pekerjaan dan tiga anakku membuatku jarang mengunjunginya.

Malam itu aku menelepon untuk mengajaknya kencan makan dan nonton bioskop.

“Ada apa? Kau baik-baik saja kan?” ibuku balik bertanya.

Ibuku termasuk tipe orang yang beranggapan bahwa telpon di larut malam dan undangan mendadak adalah pertanda berita buruk.

“Kupikir akan sangat menyenangkan melewatkan waktu bersama Ibu,” jelasku. “Hanya kita berdua saja.”

Dia berpikir sejenak lalu berkata, “Aku setuju dengan rencanamu.”

Jumat itu, setelah kerja, aku meluncur ke rumahnya untuk menjemput. Aku sedikit gelisah. Sesampainya di sana, kuperlihatkan dia juga salah tingkah. Dia memakai mantel, menunggu di depan pintu. Rambutnya dikeriting dan memakai baju yang dikenakannya di ulang tahun perkawinannya yang terakhir. Dia tersenyum dengan wajah seberseri bidadari.

“Aku bercerita kepada teman-temanku bahwa aku kencan dengan anakku. Mereka terkesan,” katanya sambil memasuki mobil.”Mereka tidak sabar menunggu cerita pertemuan kita ini”

Kami pergi ke restoran yang cukup baik dan nyaman. Ibuku menggandeng tanganku seakan-akan ia adalah istri seorang presiden. Setelah kami duduk, ku baca menu. Mata ibuku hanya bisa melihat tulisan yang tercetak dengan huruf besar.

Selama makan ku perhatikan ibu selalu menatapku, senyuman nostalgia tersungging di bibirnya.

“Biasanya, aku yang selalu membacakan menu ketika kau masih kecil,” kata ibu
“Sekarang santailah, biar aku yang ganti membaca untuk membalas kebaikan Ibu,” jawabku.

Selama makan malam, kami terlibat dalam pembicaraan yang mengasyikkan. Tidak ada yang istrimewa, hanya tentang kejadian-kejadian terakhir dalam hidup kami berdua. Kami bicara banyak sampai lupa nonton film. Kemudian aku mengantarnya pulang.
“Aku akan keluar lagi bersamamu, tapi atas undanganku,” kata ibuku. “kalau kau setuju?”

Aku segera menyatakan persetujuanku.

Sesampainya di rumah, istriku bertanya, “Bagaimana acara makan malammu?”

“Sangat menyenangkan. Jauh lebih menyenangkan dari yang ku bayangkan,” jawabku.

Beberapa hari kemudian ibuku meninggal dunia karena serangan jantung. Kejadian itu begitu mendadak sehingga aku tidak sempat berbuat apa-apa. Kemudian aku menerima amplop ibuku yang berisi kwitansi tanda lunas dari sebuah rumah makan yang rencananya akan kami kunjungi berdua. Amplop itu juga berisi secarik surat yang berbunyi:

“Telah ku bayar lunas. Mungkin aku tidak bisa ke sana bersamamu, tapi aku tetap membayar untuk dua orang: untukmu dan istrimu. Kau tak kan pernah tahu arti malam itu bagiku. Aku mencintaimu.
Saat itu aku baru menyadari betapa pentingnya ucapan: “Aku mencintaimu” dan memberi orang yang kita cintai waktu yang layak diterimanya.

Dalam hidup ini tak ada yang lebih penting dari Tuahan dan keluargamu. Luangkan waktu yang layak bagi mereka karena hal itu tak dapat ditunda sampai waktu lain.

(Author Unknown)

Friday, February 26, 2016

GOSIP (Gossip)

Gosip Wanita Tua


Seorang wanita meneruskan sedikit gosip yang ia dengar tentang tetangganya. Hanya dalam beberapa hari seluruh kampung telah mengetahui cerita itu. Orang yang digosipkan merasa tersinggung dan sakit hati. Dikemudian hari, wanita yang memulai gosip itu menyadari bahwa gosip itu ternyata sama sekali tidak benar. Ia menyesal dan lalu mendatangi seorang bijak. Ia bertanya kepadanya cara memperbaiki kesalahan yang telah diperbuatnya.

“Pergilah ke Pasar!” kata si bijak, “Lalu belilah anak ayam dan mintalah agar disembelih sekalian, kemudian dalam perjalananmu pulang, cabutlah bulu ayam itu dan jatuhkan satu demi satu di jalan yang kau lalui!”

Meskipun heran dengan nasihat itu, si wanita tetap melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.

Hari berikutnya, si orang bijak berkata, “Sekarang, pergilah dan kumpulkan semua bulu yang kemarin kau jatuhkan satu demi satu di jalan lalu serahkan bulu-bulu itu kepadaku.”

Si wanita segera menelusuri jalan yang ia tempuh kemarin. Ia merasa kaget dan cemas melihat angin telah meniup semua bulu-bulu itu. Setelah berjam-jam mencari ia kembali hanya dengan tiga helai bulu saja di tangannya.

"Kau mengerti," kata si orang bijak, "adalah mudah untuk menjatuhkan bulu-bulu itu, tapi mustahil mengumpulkannya kembali, Demikian pula halnya dengan gosip, tidak butuh waktu banyak untuk menyebarkannya, tetapi sekali kau lakukan, kau tidak akan dapt benar-benar mengoreksinya.

(Author Unknown)

GEMA KEHIDUPAN (Life's Echo)

Gema kehidupan, Gema


Seorang anak dan ayah berjalan di gunung. Si anak terpeleset dan terluka. Ia menjerit kesakitan, “Aaahhhhhhhhhh!!!” Tiba-tiba terdengar suara menirukan dari suatu arah di gunung, “Aaaaaaahhhhhh!!!”

Merasa takjub dan penasaran, ia berteriak, “Siapa kau?” ia mendapat jawaban, “Siapa kau?”
Ia menjadi marah dengan jawaban itu, lalu berteriak keras, “PENGECUUUT!”

Ia mendapat jawaban, “PENGECUUUT”

Si anak menatap ayahnya lalu bertanya, “Apa yang terjadi?”
Ayahnya tersenyum lalu berkata, “Anakku perhatikanlah.”

Ia lalu berteriak, “AKU MENYUKAIMU!”

Suara itu berkata, “AKU MENYUKAIMU!”
Ayahnya berteriak lagi, “KAU ADALAH JUARA!”
Suara itu berkata, “KAU ADALAH JUARA!”


Si anak bingung, tidak mengerti. Ayahnya kemudian menjelaskan, “Orang menyebut suara itu gema tapi sesungguhnya demikianlah kehidupan itu. Kehidupan akan memberikan kembali segala yang kau katakan dan lakukan. Kehidupan kita ini hanyalah refleksi (pantulan) dari perilaku kita. Jika kau menginginkan cinta lebih banyak di dunia ini, maka ciptakanlah cinta lebih banyak di hatimu. Jika kau menginginkan keahlian banyak di timmu, maka tingkatkanlah keahlianmu. Pertalian itu berlaku pada semua hal dalam segenap aspek kehidupan. Kehidupan akan memberikan kembali semua hal yang kau berikan padanya.”

(Author Unknown)

CINTA (A Succesful Relationship)

cinta, pasangan tua


Sepasang suami istri yang telah menika selama 11 tahun akhirnya dikaruniai anak pertama. Keduanya saling mencinta dan anak itu adalah buah hati mereka

Suatu pagi hari, ketika si anak telah berumur dua tahun, suami melihat botol obat terbuka. Karena takut terlambat, ia berpesan kepada istrinya agar menutup botol obat itu dan menyimpannya di lemari.

Istrinya yang sedang sibuk di dapur sama sekali lupa dengan pesan suaminya. Anaknya yang sedang bermain-main melihat botol obat itu, lalu menghampirinya. Merasa tertarik dengan warna obat yang ada di dalamnya, ia lalu menelan semuanya. Obat dengan dosis tinggi untuk orang dewasa itu membuat si anak tidak sadar. Ibunya segera membawanya ke rumah sakit. Namun, nyawa anak itu tidak tertolong.

Sang istri terguncang melihat kejadian ini dan merasa takut menghadapi suaminya. Tak lama kemudian suaminya datang ke rumah sakit melihat jasad anaknya. Ia menatap wajah istrinya lalu berkata, “Aku cinta kepadamu, sayang!”
Ucapan tak disangka-sangka dari suaminya ini merupakan sikap proaktif. Anak itu sudah mati. Ia tidak dapat dihidupkan kembali. Tidak ada gunanya mencari kesalahan-kesalahan istrinya. Disamping itu, kalau saja ia mau menyempatkan diri menutup botol obat itu, tentu kejadian ini bisa dihindarkan.

Tidak ada seorang pun yang harus disalahkan. Istrinya telah kehilangan anak satu-satunya. Yang ia butuhkan sekarang adalah hiburan dan ucapan simpati dari suaminya.

Jika setiap orang melihat kehidupan dari perspektif ini, maka berbagai persoalan di dunia menjadi ringan. Karena itu, tanggalkanlah sifat iri hati, cemburu, sikap tidak pemaaf, egois dan kecemasan, niscaya kau akan mendapati segala sesuatu yang kau bayangkan.

Hubungan yang sukses membutuhkan seseorang untuk jatuh cinta berkali-kali kepada orang yang sama.


(Author Unknown)

CACAT (Flaws)

CACAT, TIMBA


Seorang pemikul air di India mempunyai dua wadah air yang besar. Masing-masing wadah itu digantungkan pada kedua ujung kayu yang kemudian dipikul oleh si pemikul air. Salah satu wadah air itu retak, sedang wadah lain sempurna dan selalu berisi penuh sejak dipikul dari sungai sampai ke rumah tuannya. Adapun wadah yang retak hanya bisa membawa air separuhnya saja.

Kejadian ini berlangsung selama dua tahun. Wadah yang sempurna tentu saja merasa bangga akan prestasinya. Tapi wadah yang cacat merasa malu atas ketidaksempurnaannya, dan merasa sedih karena ia hanya bisa membawa separuh dari jumlah air yang seharusnya.

Setelah dua tahun dari apa yang dianggapnya sebagai kegagalan pahit, ia akhirnya berbicara kepada si pemikul air di tepi sungai., “Aku malu kepada diriku sendiri, dan aku minta maaf kepadamu.

“Mengapa?” Tanya si pemikul air. “Apa yang kau malukan ?”
“Selama dua tahun ini aku hanya dapat mengantarkan air separuh dari wadahku, retak tubuhku membocorkan air sepanjang jalan ke rumahmu tuan. Karena cacatku ini, maka kau harus bekerja lebih berat: kau tidak mendapatkan hasil sesuai dengan jerih payahmu,” keluh wadah itu.

Si pemikul air merasa kasihan kepada wadah yang cacat itu, lalu dengan penuh haru ia berkata, “Dalam perjalanan ke rumah tuanku nanti, ku harap kau memperhatikan keindahan bunga-bunga yang tumbuh di sepanjang jalan.”
Memang benar! Ketika mereka mendaki pegunungan, wadah yang cacat itu melihat di sepanjang jalan tumbuh bunga-bunga indah yang diterpa hangatnya sinar matahari pagi. Pemandangan ini sedikit menghibur hatinya. Namun, pada akhir perjalanan ia kembali bersedih mengetahui air yang disimpannya tinggal separuh karena bocor sepanjang jalan. Ia kemudian meminta maaf lagi atas kegagalannya.

Si pemikul air berkata kepadanya, “Tidakkah kau perhatikan, bahwa bunga-bunga itu hanya tumbuh di sisi yang kau lalui., bukan di sisi wadah yang lain? itu karena aku mengetahui kelemahanmu lalu memanfaatkannya. Aku menanam benih di sepanjang jalan yang kau lalui. Setiap hari, setelah aku mengambil air dari sungai, kau menyirami benih-benih itu. Selama hampir dua tahun, aku bisa memetik bunga-bunga indah untuk menghias meja tuanku. Bila keadaanmu tidak demikian, tidak akan bisa mendapatkan keindahan itu dalam rumahnya


                                                                   *************

Masing-masing dari kita memiliki kekurangan. Kita semua adalah wadah yang cacat, Tapi jangan khawatirkan kekurangan-kekurangan kita, jangan pula ingkari kelemahan-kelemahan itu, karena kita juga dapat menjadi  penyebab keindahan, Ketahuilah, dalam kelemahan-kelemahan itu, justru kita dapat menemukan kekuatan kita.

(Author Unknown)

MANGKUK KAYU (The Wooden Bowl)

MANGKUK, MANGKUK KAYU


Seorang lelaki tua tinggal bersama anak laki-lakinya, menantu dan cucunya yang baru berusia 4 tahun. Tangan lelaki tua itu gemetaran, matanya kabur dan jalannya tertatih-tatih.

Keluarga ini selalu makan bersama di meja, namun tangan orang tua mereka yang gemetaran membuat makan menjadi pekerjaan yang sulit baginya. Pastei (pie) menggelinding dari sendoknya jatuh ke lantai. Bila ia meraih gelas, susu tumpah membasahi taplak meja. Anak dan menantunya menjadi jengkel karena kotoran yang diakibatkannya.

“Kita harus berbuat sesuatu terhadap ayah,” kata si anak. “Aku sudah tidak sabar lagi melihat tumpahan susu, berisiknya kunyahan dan makanan yang jatuh ke lantai.”
Kemudian suami, istri itu menyediakan meja kecil di pojok rumah. Di meja ini ayah mereka makan seorang diri. Karena sang ayah juga memecahkan satu atau dua piring, maka makanan di meja kecil ini disajikan dalam mangkuk terbuat dari kayu.
Bila keluarga ini melihat sekilas ke arah lelaki tua itu, terkadang tampak matanya berkaca-kaca selagi ia duduk sendiri. Apabila sang kakek menjatuhkan garpu atau menumpahkan makanan, mereka menegurnya dengan keras. Sang cucu yang berumur 4 tahun diam-diam menyaksikan semua kejadian itu.

Suatu petang, sebelum makan malam, sang ayah menyaksikan anaknya bermain dengan potongan-potongan kayu di lantai. Dengan manis ia bertanya, “Lagi bikin apa, Nak.”Sang anak dengan manja menjawab, “Oh… aku sedang membuat mangkuk kecil untuk makan papa dan mama bila aku sudah besar nanti.”Anak umur 4 tahun ini tersenyum manis lalu kembali bekerja.

Kata-kata si anak menampar kedua orang tuanya sehingga mereka tak kuasa berkata-kata. Air mata mulai mengalir di pipi mereka. Meskipun keduanya tidak berbicara, tapi mereka tahu apa yang harus segera dilakukan.

Malam itu juga, sang suami memegang dengan lembut tanga ayahnya lalu membimbingnya ke meja keluarga. Sejak hari itu, lelaki tua itu makan lagi bersama keluarganya. Dan suami istri itu tidak pernah lagi mempedulikan garpu yang jatuh, susu yang tumpah dan taplak meja yang kotor.

(Author Unknown)

BELAJAR MENDENGARKAN (Learn To Listen)

MENDENGARKAN

Suara dering telepon tengah malam pasti mengagetkan setiap ibu, kita semua tahu bagaimana rasanya menerima telepon tengah malam. Demikian pula halnya dengan dering telpon malam itu. Aku tersentak dan segera menyambar gagangnya sambil memandang tajam ke arah angka-angka jamku. Tengah malam. Perasaan panik menyelimuti pikiranku yang masih setengah tidur.
“Halo?” kataku dengan hati berdebar-debar. Aku mencengkeram gagang telpon lebih kencang sambil melihat suamiku yang sekarang menghadap ke arah tempat tidurku.
“Mama?”
Terdengar bisikan dari seberang. Aku hampir tidak dapat mendengar suara itu di antara berisik koneksi telepon yang kotor. Namun, pikiranku segera melayang ke anak perempuanku. Setelah tangisan putus asa dari seorang gadis remaja terdengar jelas, aku segera meraih tubuh suamiku dan menekan pergelangan tangannya.
“Mama, aku tahu sekarang sudah larut malam. Tapi tolong jangan. .. jangan kau potong sebelum aku selesai bicara. Dan sebelum kau bertanya, sebenarnya aku katakana: benar, aku memang minum. Aku hampir saja melarikan diri beberapa mil dari sini.”
Aku menarik nafas pendek dan tajam, melepaskan tangan suamiku dan menekankan telapak tanganku ke dahi. Aku masih dalam keadaan setengah tidur, dan berusaha mengatasi kepanikanku.
Ada sesuatu yang tidak beres.
“Aku takut sekali. Yang dapat kupikirkan sekarang hanyalah apakah aku akan bersedih jika seorang polisi memberimu kabar bahwa aku telah mati. Aku ingin pulang ke rumah. Aku sadar bahwa aku melarikan diri dari rumah adalah perbuatan yang keliru. Aku tahu, kau selama ini mengkhawatirkan keadaanku. Seharusnya aku meneleponmu beberapa hari yang lalu, tapi aku takut. ..takut..”
Suara isak tangis yang keluar dari perasaan yang paling dalam mengalir keluar lewat gagang telpon membanjiri hariku. Wajah anak perempuanku segera terbayang di mata. Pikiranku yang tadi berkabut sekarang mulai terang, aku lalu berkata, “Aku berpikir…”
“Jangan! Tolong jangan berkata dulu! Tolong biarkan aku bicara sampai selesai!” katanya memohon; tidak dengan ungkapan kemarahan, tapi dengan keputusasaan. Aku berhenti berbicara sambil memikirkan apa yang harus aku katakan. Sebelum aku dapat berkata-kata, ia melanjutkan, “Mama, aku hamil. Aku tahu, aku tak seharusnya minum ssekarang, khususnya sekarang ini, tapi aku takut, mama. Aku sangat takut!”
Suaranya terputus lagi, dan aku menggigit lidahku, merasakan mataku berkaca-kaca. Aku mendongak melihat suamiku duduk tenang menggerakkan mulutnya tanpa suara, “Siapa yang telepon?”
Aku menggelengkan kepala. Karena tidak mendapatkan jawaban, ia segera bangkit meninggalkan kamar, beberapa detik kemudian kembali membawa telpon jinjing dan merapatkannya ke telinganya dia mungkin mendengar suara klik, karena kemudian bertanya, “Apakah kau masih di situ? Tolong jangan kau tutup teleponnya. Aku membutuhkanmu. Aku merasa kesepian.”
Aku menggenggam telpon dan menatap suamiku mengharap petunjuknya.
“Aku di sini, aku tidak akan menutup telepon.” Kataku.
“Seharusnya sudah ku katakana kepadamu. Namun, setiap kali kita bicara kau terus mengatakan apa-apa yang harus ku lakukan. Kau membaca semua brosur tentang bagaimana berbicara tentang sex dan lain-lain, tapi yang kau bicarakan hanya bicara saja. Kau tidak pernah mendengarku. Kau tak pernah membiarkanku bicara tentang apa-apa yang kurasakan. Seakan-akan perasaan ku tidak penting. Karena kau ibuku, maka kau lalu mengira bahwa kau mempunyai semua jawaban. Aku butuh seseorang yang mau mendengarkan.”
Aku menelan ludah dan menatap brosur. “Bagaimana bebrbicara dengan anakmu” yang tergeletak di rak.
“Aku sekarang mendengarkan,” kataku berbisik.
“Kau tahu, di sebelah sana, di jalanan, setelah aku dapat menegndalikan mobilku, aku memikirkan bayi yang ku kandung dan perawatannya. Kemudian kulihat telepon ini seakan-akan aku mendengarmu menceramahiku tentang seseorang yang seharusnya tidak minum minuman keras ketika mengendarai, lalu aku memanggil taksi. Aku ingin pulang kerumah.”
“Bagus sayang,” kataku sambil merasakan bahwa dadaku menjadi lapang. Suamiku mendekat, duduk di sebelahku menautkan jarinya ke jariku.
“Tapi, ku pikir aku sekarang dapat mengendarainya.”
“Jangan!” sergahku.
Ototku menegang, kukencangkan cengkeramanku di tangan suamiku. “Tolong tunggu sampai taksimu datang! Jangan kau taruh teleponmu sampai taksi itu datang!”
“Aku hanya ingin pulang ke rumah, Mama.”
“Aku tahu. Tapi lakukanlah itu demi mamamu. Tolong tunggu sampai taksi itu datang!”
Suasana hening. Aku tidak mendengar jawabannya. Aku menggigiti lidahku dan menutup mataku. Bagaimanapun juga aku harus mencegahnya mengendarai mobil.
“Taksi sudah datang,” katanya.
Setelah mendengar suara dari kejauhan berbicara tentang urusan taksi, perasaan tegangku mulai berkurang.
“Aku sekarang pulang, Mama”
Terdengar suara klik, telepon pun menjadi hening.
Bangkit dari tempat tidur, mataku berkaca-kaca. Aku berjalan menyusuri lorong rumah menuju kamar gadisku yang berusia 16 tahun. Suamiku menyusul dari belakang, melingkarkan tangannya ke tubuhku dan meletakkan dagunya di kepalaku.
Aku menghapus air mata di pipiku. “Kita harus belajar mendengarkan,” kataku kepada suamiku.
Ia mengamatiku beberapa detik kemudian bertanya, “Apakah dia bakal tahu, bahwa ia telah memutar nomor yang salah?”
Aku melihat anakku yang sedang tidur lalu berkata kepadanya, “Mungkin dia tidak salah menelepon.”
“Mama, Papa, apa yang sedang kalian lakukan?” kata suara dari balik selimut. Aku berjalan menghampiri anak gadisku satu-satunya yang sekarang sudah duduk sambil membuka lebar-lebar matanya di kegelapan.
“Kami sedang latihan,” kataku
“Latihan apa?” gumamnya sambil berbaring lagi tapi matanya sudah terpejam.
“Mendengarkan,” kataku berbisik sambil mengusap pipinya.

(Author Unknown)

ANAK LAKI DAN POHON APEL (The Boy And The Apel Tree)

ANAK LAKI, POHON APEL


Dahulu kala ada sebuah pohon apel yang besar. Setiap hari, seorang anak kecil mendatangi pohon itu dan bermain di sekelilingnya. Ia memanjat puncaknya, makan buahnya dan tidur di naungannya. Ia mencintai pohon itu, dan pohon itu pun senang bermain-main dengannya.


Waktu berjalan, si anak tumbuh lebih besar. Ia tidak lagi bermain-main di bawah pohon itu setiap hari. Suatu hari si anak mendatangi pohon dengan wajah sedih.


“Mari kita bermain,” kata pohon apel

“Aku sudah bukan anak-anak lagi, aku tidak bermain di bawah pohon,” kata si anak. “Aku ingin mainan. Aku butuh uang untuk membelinya.”

“Maaf, aku tidak punya uamg, tapi kau dapat memetik semua buahku untuk menjualnya.”

Anak itu menjadi sangat senang. Lalau ia memetik semua apael yang bergantungan di pohon, kemudian pergi dengan perasaan gembira.


Setelah itu, si anak kembali lagi. Pohon apel merasa sedih. Suatu hari, si anak kembali dan pohon apel merasa sangat gembira.

“Mari kita bermain-main,” ajak pohon apel
“Aku tidak punya waktu. Aku harus bekerja untuk menghidupi keluargaku. Kami butuh rumah untuk berteduh. Dapatkah kau membantuku?” kata si anak.

“Maaf, aku tidak punya rumah, tapi kau dapat memotong dahan-dahanku untuk membangun rumahmu.”


Si anak lalu memotong semua cabang pohon dan pergi dengan perasaan gembira. Sang pohon juuga merasa bahagia bisa membantu.namun setelah itu si anak tidak pernah datang lagi. Sang pohon merasa kesepian dan sedih.

Di musim panas, si anak kembali datang, dan pohon pun merasa sangat senang.

“Kemarilah. … bermain denganku!” kata pohon.

“Aku lagi sedih. Aku semakin tua, aku ingin berlayar untuk menikmati hari tuaku. Dapatkah kau memberiku perahu?”

“Gunakanlah batangku untuk membuat perahu. Kau dapat berlayar jauh dan menikmati hari-hari bahagia!”

Lalu si anak memotong batang pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan lama tidak kembali. Akhirnya, sekian setelah sekian banyak tahun lewat, si anak kembali.

“Nak, maafkan aku, aku tidak punya apa-apa lagi untukmu sekarang. Tidak ada apel lagi untukmu. ……” kata pohon apel.

“Aku sudah tidak punya gigi lagi untuk menggigit,” kata si anak

“Aku tidak punya batang lagi untuk dipanjat.”

“Aku terlalu tua untuk memanjat.”

“Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa kecuali akar-akarku yang sekarang sekarat,” kata pohon dengan sedih.

“Aku sekarang tidak butuh macam-macam, aku hanya butuh tempat istirahat. Aku merasa lelah setelah melewatkan tahun-tahun itu,” jawab si anak

“Baiklah kalau demikian. Akar pohon tua adalah tempat yang baik untuk bersandar dan beristirahat. Kemarilah. … duduklah bersamaku. Istirahatlah!”
Si anak lalu duduk dan sang pohon tersenyum bahagia, meneteskan air mata

                                      ***
Pohon apel itu ibarat orang tua kita. Ketika kita kecil kita senang bermain dengan ayah dan ibu kita. Setelah dewasa, kita tinggalkan mereka. Kita hanya mengunjungi orang tua kita ketika membutuhkan bantuan mereka, atau ketika dalam kesulitan. Apapun yang terjadi pada kita, kedua orang tua kita selalu di samping kita dan siap memberikan segalanya demi kebahagiaan kita.

Dalam cerita di atas, si anak tampak telah berlaku kejam terhadap pohon, tetapi demikianlah kebanyakan kita tidak mensyukuri keberadaan orang tua kita.

Oleh karena itu, jangan lupakan pentingnya keberadaan mereka biasa-biasa saja. Mereka tidak akan berada di sisi kalian selamanya.

(Author Unknown)

Wednesday, February 24, 2016

HIKMAH DARI NEGERI CINA

Ada dua manusia sempurna: yang satu telah mati; yang lain belum lahir.

Lebih baik menyalakan lilin daripada memaki kegelapan.

Apa yang tak dapat kau hindari, sambutlah kedatangannya.

Awal dari suatu hikmah (kebijakan) adalah menyebut segala sesuatu dengan nama yang tepat.

Sepatah ucapan ramah dapat menghangatkan tiga musim dingin.

Kau tak dapat menghindari burung kesedihan terbang di atas kepalamu, tapi kau dapat mencegahnya bersarang di rambutmu.

Bila kau hendak bahagia satu jam, tidurlah.
Bila kau hendak bahagia satu hari, pergilah mancing.
Bila kau hendak bahagia satu bulan, kawinlah.
Bila kau hendak bahagia setahun, warisilah harta.
Bila kau hendak bahagia seumur hidup, bantulah sesama.

Bila kau bersabar sesaat dalam marahmu, kau dapat terhindar dari seratus hari kesedihan.

HARI TERBAIK DALAM HIDUPKU (The Best Of My Life)


hari terbaik, hari dalam hidup

Hari ini, ketika bangun tidur, tiba-tiba kusadari, bahwa hari ini adalah hari terbaik dalam hidupku.

Dahulu ada saat-saat yang aku berpikir apakah aku akan hidup sampai hari ini. Tapi ternyata aku berhasil bertahan sampai saat ini. Karenanya, aku sekarang akan merayakannya!

Hari ini, aku akan merayakan kehidupan menakjubkan yang telah kutempuh sampai saat ini: keberhasilan yang kuraih, berbagai nikmat yang kuterima, dan bahkan ... benar sekali ... kesulitan-kesulitan hidup yang karenanya aku menjadi lebih kuat.

Aku akan melewatkan hari ini dengan kepala mendongak tinggi dan hati bahagia.

Aku akan menghargai karunia-karunia Tuhan yang tampak kecil: embun pagi, matahari, awan, pepononan, bunga-bunga, burung-burung.

Hari ini, tak satu pun dari ciptaan-ciptaan Tuhan yang mengagumkan ini akan lolos dari perhatianku.

hari ini, aku akan berbagi kebahagiaan hidupku dengan orang lain. Aku akan membuat seseorang tersenyum. Aku akan melakukan sesuatu yang lain, aku akan melakukan suatu kejutan kebajikan untuk seseorang yang sama sekali tidak kukenal.


Aku akan mengatakan kepada seorang anak betapa istimewanya ia. Dan memberitahu orang yang kucintai betapa aku sangat peduli kepadanya, dan betapa ia sangat berarti bagiku.

Hari ini adalah saatku berhenti menyusahkan diri memikirkan apa-apa yang tidak kumiliki, lalu mulai mensyukuri semua hal yang indah yang telah dikaruniakan Tuhan kepadaku.

Aku akan ingat, bahwa mengkhawatirkan sesuaty hanya membuang-buang waktu saja, karena keyakinanku pada Tuhan dan rencana-Nya menyadarkanku bahwa semua akan berlangsung dengan baik-baik saja.

Malam ini, sebelum tudur, aku akan keluar, mengangkat pandanganku ke langit. Aku akan berdiri khidmat menatap keindahan bulan  dan bintang, lalu akan kupuji Tuhan atas kekayaan yang agung ini.

Seiring dengan berakhirnya hari, dan kepalaku berbaring diagas bantal, aku akan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Besar atas kehidupanku yang sangat baik ini. Kemudian aku akan tidur seperti tidurnya anak-anak yang bahagia, bergelora dengan harapan karena aku tahu bahwa esok akan menjadi... hari yang paling baik dalam hidupku.

(Author Unknown)

NILAI SEJATI (The 100 Dolar Bill)




Seorang p0embicara terkenal memulai seminarnya dengan memegang uang $100 dalam ruang yang berisi 200 orang.

"Siapa mau uang $ 100 ini?" tanyanya kepada peserta seminar.

Semua tangan terangkat ke atas.

"Aku akan memberikan uang ini kepada salah seorang dari kalian, tapi biar aku beginikan dulu.... "katanya sambil membuat kusut uang itu.

Setelah uang itu benar-benar kusut, ia bertanya lagi, "Siapa yang masih menginginkan uang ini?"

Semua tangan mengacung ke atas.

"Nah...." kata si pembicara. "bagaimana kalau aku beginikan?"

Ia menjatuhkan uang itu ke lantai laluy menggilas-gilas dengan sepatunya. Setelah uang itu benar-benar kusut dan kotor, ia mengambilnya.

"Nah, sekarang siapa yang masih menghendaki uang ini?."

tanya si pembicara.


"Sahabat-sahabatku, kalian semua telah mempelajari suatu pelajaran penting. Apapun yang ku lakukan terhadap uang ini, kalian masih menginginkannya, karena uang ini tidak berkurang nilainya. Ia masih tetap $100," jelas si pembicara.


                                                                       **********

Berulang kali dalam hidup ini, kita jatuh, kusut, dan tergilas dalam kotoran akibat keputusan yang kita ambil sendiri, atau keadaan yang menghalangi kita, Kita merasa seakan-akan tidak berharga lagi. Namun, apapun yang telah dan akan terjadi, kalian tidak pernah kehilangan nilai kalian.

Kotor...bersih...kusut...atau rapi, kalian masih tetap bergarga di mata orang-orang yang mencintai kalian.

Kalian adalah istimewa ...jangan lupakan itu.


Hitunglah berbagai nikmat yang telah kalian terima selama ini, jangan hanya hitung problem kalian.

(Author Unknown)

MENGHERANKAN BUKAN?

 Meurnut penielitan Unisvetrias Cabmrigde, tak jdai saol baaigmnaa urtuan hruuf dlaam sutau ktaa, ynag pialng petning adlaah huurf petrama ...