Monday, May 15, 2017

TUKANG KAYU (The Carpenter)

tukang kayu, The Carpenter, cerita tukang kayu
Tukang Kayu

 Suatu hari dua saudara yang tinggal di ladang yang bersebelahan berselisih. Ini adalah perpecahan yang paling parah selama mereka bertani berdampingan sejak 40 tahun yang lalu. Sebelumnya mereka selalu berbagi peralatan mesin, tukar menukar buruh tani dan saling berjual beli barang tanpa masalah apapun.

    Kerja sama yang terbina sejak lama tiba-tiba hancur saja berantakan, awalnya hanya sedikit kesalahpahaman lalu berkembang menjadi perselisihan, dan akhirnya meledak menjadi saling caci dan tidak saling sapa.

    Suatu pagi, terdengar ketukan di pintu rumah John. Ketika pintu rumah di buka, berdiri di hadapannya seorang tukang kayu dengan peralatannya.

    “Aku butuh pekerjaan untuk beberapa hari,” kata orang itu.
    “Mungkin kau punya beberapa pekerjaan kecil yang dapat ku bantu?”.

    “Ya,” kata John. “Aku punya pekerjaan untukmu. Lihatlah ke ladang di seberang sungai kecil itu ladang itu milik tetanggaku, sebenarnya ia adalah adikku. Dulu, diantara ladang kita ada padang rumput, lalu ia buldozer sehingga kita sekarang dipisahkan oleh sungai kecil. Mungkin ia berbuat demikian untuk menjengkelkanku. Aku akan memberi balasan setimpal. Kau lihat tumpukan kayu di sebelah kandang itu? Aku minta kau buatkan pagar setinggi 8 kaki sehingga aku tidak lagi harus memandang kediamannya setiap hari.”

    Tukan kayu itu berkata, “Sekarang aku mengerti persoalannya. Tunjukkan kepadaku tempat paku dan alat pemancang tiang sehingga aku dapat segera melakukan pekerjaan yang memuaskanmu.”

    Hari itu sang kakak harus pergi ke kota untuk membeli berbagai kebutuhan kerja. Setelah membantu si tukang kayu menyiapkan peralatan yang dinutuhkannya. Maka pergilah ia ke kota seharian.

    Si tukang kayu bekerja keras hari itu. Ia mengukur, menggergaji dan memaku. Menjelang petang ketika petani itu datang, si tukang kayu telah menyelesaikan pekerjaannya.

    Mata si petani melotot, mulunya melongo. Tidak ada pagar di situ yang ada hanya jembatan. Jembatan itu menjulur dari sisi sungaiyang satu kesisi yang lain. Benar-benar pekerjaan yang indah, lengkap dengan pagar di kiri kanannya. Dan tetangganya......, adiknya, datang dari seberang dengan tangan terulur ke depan.

    “Kau benar-benar telah berbaik hati membuat jembatan ini setelah apa-apa yang kuucapkan dan lakukan,” kata adiknya.

    Kedua saudara itu berjalan dan bertemu di tengah jembatan lalu berpegangan tangan. Mereka berdua menoleh ke arah si tukang kayu yang lagi mengangkat kotak peralatan ke atas pundaknya untuk bersiap-siap pergi.

    “TUNGGU........, tunggu dulu.........” diamlah disini beberapa hari. Aku punya pekerjaan untukmu,” kata si kakak.

    “Sebenarnya aku ingin tinggal lebih lama, tapi masih ada banyak jembatan yang harus kubangun.”

No comments:

Post a Comment

MENGHERANKAN BUKAN?

 Meurnut penielitan Unisvetrias Cabmrigde, tak jdai saol baaigmnaa urtuan hruuf dlaam sutau ktaa, ynag pialng petning adlaah huurf petrama ...